Hey Kamu,,
Pertanyaan juga punya jawaban yang tersirat,
tak perlu selalu tersurat.
Dalam senandung cerita asa yang terlukis, diam lebih baik.
Dan hanya diam yang kan meluruhkan diam, (kurasa)
Banyak hal yang tak bisa dimengerti
dan tak perlu ada paksaan untuk semua dipahami.
Alur dalam lajur tak selalu dapat mengukur.
Bukankah tak semua bisa diukur?
Waktu yang menghimpit terasa terjepit bila kita mempersempit.
begitu juga rasa,
Ada dan tidaknya tersa,
mau macam apa rasa yang ada,
tergantung mau kita.
Tak perlu menjadi kaktus ditengah padang pasir.
Tak perlu menjadi mutiara dalam kubangan lumpur,
cukup jadi manusia yang tau dimana kakinya berpijak.
cukup jadi sesuatu sebagai pembeda bahwa kita memang ada.
setidaknya untuk keyakinan diri yang tersisa.
Tak perlu menuntut keinginan pada lingkungan,
agar kita tau, kita diciptakan untuk sekitar,
bukan sekitar yang menciptakan.
Bukankah menjadi beda tidak berarti sesuatu yang hina atau gila?
Walopun kadang fatamorgana, retorika, imaginasi, berdifusi menjadi sesuatu yang tak pasti.
Labirin dalam kehidupan acap kali membingungkan.
jendela-jendela dalam ruang jiwa kadang tak mampu menjadi ventilasi.
Pintu bahkan tak mampu membuka mata.
Kita tau hidup ini cuma sekali,
ya memang sekali.
Tak lebih tak kurang, tapi Tuhan slalu mencukupkan.
Slalu memberi kesempatan.
Pertanyaan juga punya jawaban yang tersirat,
tak perlu selalu tersurat.
Dalam senandung cerita asa yang terlukis, diam lebih baik.
Dan hanya diam yang kan meluruhkan diam, (kurasa)
Banyak hal yang tak bisa dimengerti
dan tak perlu ada paksaan untuk semua dipahami.
Alur dalam lajur tak selalu dapat mengukur.
Bukankah tak semua bisa diukur?
Waktu yang menghimpit terasa terjepit bila kita mempersempit.
begitu juga rasa,
Ada dan tidaknya tersa,
mau macam apa rasa yang ada,
tergantung mau kita.
Tak perlu menjadi kaktus ditengah padang pasir.
Tak perlu menjadi mutiara dalam kubangan lumpur,
cukup jadi manusia yang tau dimana kakinya berpijak.
cukup jadi sesuatu sebagai pembeda bahwa kita memang ada.
setidaknya untuk keyakinan diri yang tersisa.
Tak perlu menuntut keinginan pada lingkungan,
agar kita tau, kita diciptakan untuk sekitar,
bukan sekitar yang menciptakan.
Bukankah menjadi beda tidak berarti sesuatu yang hina atau gila?
Walopun kadang fatamorgana, retorika, imaginasi, berdifusi menjadi sesuatu yang tak pasti.
Labirin dalam kehidupan acap kali membingungkan.
jendela-jendela dalam ruang jiwa kadang tak mampu menjadi ventilasi.
Pintu bahkan tak mampu membuka mata.
Kita tau hidup ini cuma sekali,
ya memang sekali.
Tak lebih tak kurang, tapi Tuhan slalu mencukupkan.
Slalu memberi kesempatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar